Mendikdasmen: Banyak Sekolah Kini Tawarkan Koding & AI Sebagai Mapel Pilihan
teknologiotak.com – Perkembangan teknologi yang pesat dalam satu dekade terakhir membuat pendidikan di Indonesia juga harus ikut bergerak cepat. Dalam pernyataan terbarunya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) menyampaikan bahwa kini semakin banyak sekolah, baik negeri maupun swasta, yang mulai menghadirkan pelajaran koding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai mata pelajaran (mapel) pilihan.
Langkah ini mendapat dukungan luas dari kalangan orang tua, praktisi teknologi, hingga industri. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, kompetensi di bidang pemrograman dan AI bukan lagi sekadar pelengkap, tapi kebutuhan mutlak.
Namun di balik langkah positif ini, ada pula tantangan dalam implementasi di lapangan. Tidak semua sekolah punya sumber daya manusia yang cukup, belum lagi soal infrastruktur dan kurikulum yang masih terus berkembang. Dalam artikel ini kita akan bahas secara lengkap: kenapa koding dan AI kini makin populer di sekolah, bagaimana realisasi kebijakan ini di lapangan, serta apa dampaknya bagi masa depan generasi muda Indonesia.
Koding dan AI Jadi Mapel Pilihan: Apa Alasannya?
Masuknya pelajaran koding dan AI ke sekolah bukan sekadar ikut-ikutan tren. Ada alasan kuat di balik keputusan ini, terutama dalam konteks menyiapkan pelajar menghadapi dunia kerja masa depan.
Dunia Kerja Semakin Terotomatisasi
Di era industri 4.0 dan kini memasuki era society 5.0, banyak pekerjaan yang mulai tergantikan oleh sistem otomatisasi dan algoritma AI. Dengan memperkenalkan konsep koding sejak dini, siswa akan memiliki fondasi kuat untuk memahami logika komputer, struktur data, hingga pemecahan masalah berbasis teknologi.
Mendikdasmen menekankan pentingnya memberi kesempatan pada pelajar untuk belajar logika komputasi sejak dini. Harapannya, bukan semua anak harus jadi programmer, tapi mereka minimal paham cara berpikir kritis dan sistematis.
Mendorong Inovasi dan Kreativitas Anak
Koding dan AI membuka peluang tak terbatas untuk anak-anak dalam menciptakan solusi, game, aplikasi, hingga robot sederhana. Pelajaran ini mendorong siswa jadi produsen teknologi, bukan cuma konsumen.
Banyak studi menyebut, anak-anak yang diajarkan coding punya kemampuan kognitif lebih baik, terutama dalam hal berpikir runtut, menyelesaikan masalah, dan kerja kolaboratif.
Indonesia Tak Ingin Tertinggal dari Negara Lain
Negara-negara seperti Korea Selatan, Finlandia, dan Jepang sudah lebih dulu memasukkan coding dalam kurikulum wajib. Indonesia tidak mau tertinggal. Dengan menjadikannya mapel pilihan dulu, pemerintah ingin melihat kesiapan sekolah sebelum kemungkinan diwajibkan secara nasional.
Tantangan di Lapangan: Tak Semua Sekolah Siap
Meski arah kebijakan ini positif, kenyataannya belum semua sekolah mampu menghadirkan mapel koding dan AI dengan kualitas yang ideal.
Ketersediaan Guru Masih Terbatas
Guru pengampu mata pelajaran teknologi masih sangat terbatas, terutama di daerah luar Jawa. Banyak sekolah yang akhirnya mengandalkan pelatihan singkat atau kerja sama dengan startup edukasi digital seperti Dicoding, Progate, hingga DQLab.
Mendikdasmen menyebut, pemerintah sedang menggencarkan pelatihan intensif bagi guru melalui platform Merdeka Mengajar dan pelatihan teknis oleh Pusdatin.
Infrastruktur dan Perangkat Belum Merata
Tak semua sekolah punya komputer, koneksi internet stabil, atau software yang mendukung pembelajaran koding. Di kota besar, beberapa sekolah swasta bahkan sudah punya laboratorium AI mini. Tapi di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), akses masih jadi tantangan utama.
Solusi jangka pendek yang dilakukan adalah pengadaan laboratorium komputer bersama antar-sekolah atau pelajaran berbasis mobile device yang lebih mudah dijangkau siswa.
Kurikulum Masih Terus Dikembangkan
Kurikulum koding dan AI saat ini masih dalam tahap pengembangan berkelanjutan. Banyak sekolah mengandalkan modul dari luar negeri, yang kadang tidak sesuai konteks lokal. Oleh karena itu, Kemendikbudristek saat ini menggandeng tim akademisi dan praktisi lokal untuk menyusun kurikulum yang lebih kontekstual dan ramah anak Indonesia.
Sekolah-Sekolah yang Sudah Menerapkan Koding & AI
Ada sejumlah sekolah yang jadi pionir dalam implementasi pelajaran koding dan AI di tingkat dasar dan menengah. Mereka jadi contoh sukses bagaimana teknologi bisa masuk ke kelas secara positif.
SD dan SMP yang Bekerja Sama dengan Startup Teknologi
Beberapa sekolah dasar dan menengah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta sudah bekerja sama dengan startup edutech. Program pengenalan koding mereka hadir lewat kegiatan ekskul, lalu berkembang menjadi mapel pilihan dengan sistem penilaian resmi.
Di SD Muhammadiyah 1 Yogyakarta misalnya, siswa kelas 4 sudah diajarkan membuat game sederhana berbasis Scratch. Sementara di SMP Al-Azhar Jakarta, mereka belajar AI lewat pengenalan visual dengan Python sederhana.
SMK yang Bertransformasi Digital
Banyak SMK kini punya jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) yang menjadi basis untuk pelajaran AI dan machine learning. Bahkan beberapa SMK negeri di Jawa Timur telah memproduksi chatbot lokal sebagai proyek akhir siswa.
Bahkan ada SMK yang berhasil meraih penghargaan internasional karena berhasil menciptakan sistem smart farming berbasis AI untuk membantu petani di daerahnya.
Madrasah dan Sekolah Swasta Ikut Adopsi
Menariknya, madrasah juga tidak mau ketinggalan. Beberapa Madrasah Aliyah di Jawa Barat mulai mengintegrasikan AI dalam pelajaran informatika. Hal ini membuktikan bahwa digitalisasi pendidikan tak mengenal batasan jenis sekolah.
Dampak Positif bagi Generasi Muda Indonesia
Masuknya pelajaran koding dan AI bukan sekadar perubahan kurikulum. Ini adalah investasi jangka panjang untuk membentuk generasi yang siap menghadapi dunia masa depan.
Peningkatan Literasi Digital dan Kritis
Siswa jadi lebih paham cara kerja aplikasi yang mereka gunakan setiap hari. Mereka juga lebih kritis dalam menilai informasi dan lebih aware terhadap isu-isu seperti data privacy, keamanan siber, dan etika teknologi.
Munculnya Talenta Digital Sejak Usia Dini
Dengan pembiasaan teknologi sejak bangku sekolah, Indonesia berpotensi mencetak lebih banyak talenta digital lokal yang bisa bersaing di pasar global. Hal ini sangat penting, mengingat Indonesia masih kekurangan ratusan ribu tenaga IT setiap tahunnya.
Pendidikan Lebih Adaptif dan Menarik
Pembelajaran koding membuat siswa lebih aktif dan tidak cepat bosan. Mereka jadi terbiasa belajar secara mandiri dan eksploratif, dua karakter penting dalam menghadapi dunia kerja modern.