IHSG Ditutup Melemah, Pasar Respon Kebijakan The Fed Tahan Suku Bunga
teknologiotak.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (31/07), seiring dengan respon pasar terhadap keputusan Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya. Sentimen dari Amerika Serikat tersebut memberikan tekanan terhadap pergerakan indeks di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Meski sebelumnya sempat bergerak di zona hijau, IHSG berbalik arah dan tertekan pada sesi kedua perdagangan. Investor cenderung wait and see terhadap arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Langkah bank sentral AS ini memicu kekhawatiran akan perlambatan likuiditas global, termasuk di pasar negara berkembang.
Respons Pasar Global Terhadap Kebijakan The Fed
Sikap The Fed yang Lebih Hati-hati
The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga pada kisaran 5,25%–5,50%. Meskipun tidak menaikkan suku bunga, komentar dari Ketua The Fed, Jerome Powell, cukup hawkish. Ia menyatakan bahwa inflasi masih berada di atas target, sehingga belum menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga lanjutan dalam beberapa bulan ke depan.
Pernyataan ini memicu tekanan jual di berbagai bursa saham dunia. Bursa Asia seperti Nikkei dan Hang Seng juga ikut terkoreksi. IHSG tidak luput dari efek domino tersebut.
Investor global kini mengalihkan perhatian pada data inflasi dan tenaga kerja AS selanjutnya sebagai indikator apakah kebijakan suku bunga ketat ini akan berlanjut atau tidak.
Dolar Menguat, Rupiah Melemah
Keputusan The Fed ini turut memperkuat dolar AS terhadap mata uang utama lainnya, termasuk rupiah. Pelemahan rupiah menyebabkan arus keluar modal dari pasar saham Indonesia. Investor asing terlihat membukukan net sell, khususnya pada saham-saham big cap sektor perbankan dan teknologi.
Pelemahan rupiah juga berimplikasi terhadap biaya impor dan daya beli domestik, sehingga berpotensi menekan kinerja emiten-emiten berbasis konsumsi dan manufaktur.
Imbas pada Pasar Komoditas
Kebijakan The Fed juga berpengaruh pada harga komoditas dunia. Emas sedikit menguat karena dianggap sebagai aset safe haven, sementara harga minyak melemah karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Beberapa saham sektor energi dan pertambangan juga ikut terkoreksi.
IHSG Hari Ini: Sektor Tertekan, Saham Big Cap Jadi Penekan
Penutupan IHSG dan Data Teknis
IHSG ditutup turun 0,74% di level 7.152,23 poin. Volume perdagangan tercatat cukup tinggi, menandakan aksi jual cukup agresif menjelang akhir sesi. Penurunan ini menandai pelemahan harian ketiga secara beruntun dalam sepekan terakhir.
Saham-saham dengan kapitalisasi besar menjadi penekan utama indeks. Bank-bank besar seperti BBRI, BBCA, dan BMRI melemah lebih dari 1%. Saham sektor teknologi seperti GOTO dan BUKA juga ikut mengalami koreksi signifikan.
Analis menilai bahwa support kuat IHSG ada di level 7.100 dan resistance terdekat berada di kisaran 7.200. Jika tekanan global berlanjut, kemungkinan koreksi akan berlanjut menuju area 7.000.
Sektor yang Melemah dan Menguat
Hampir semua sektor mengalami pelemahan, terutama sektor finansial, teknologi, dan konsumer. Saham sektor energi sempat menguat tipis di awal perdagangan namun kembali terkoreksi di akhir sesi.
Satu-satunya sektor yang masih mencatatkan penguatan adalah sektor kesehatan, dengan saham-saham seperti KLBF dan MIKA yang bergerak positif karena ekspektasi laporan keuangan semester I yang kuat.
Asing Catatkan Net Sell
Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sekitar Rp 400 miliar di seluruh pasar. Saham-saham yang paling banyak dilepas asing adalah BBCA, BBRI, dan TLKM. Aksi jual asing menambah tekanan bagi investor domestik, yang cenderung bersikap defensif.
Sentimen Domestik: Inflasi dan Musim Laporan Keuangan
Data Inflasi Juli Jadi Katalis Berikutnya
Investor kini menanti rilis data inflasi Indonesia untuk bulan Juli yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi yang stabil akan memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga, mendukung pasar saham.
Namun, jika terjadi lonjakan harga pangan dan transportasi, maka hal ini bisa menjadi tekanan tambahan bagi IHSG, terutama di sektor konsumen.
Musim Laporan Keuangan Semester I
Emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia sedang memasuki masa pelaporan keuangan semester I 2024. Kinerja emiten besar seperti perbankan, pertambangan, dan infrastruktur akan menjadi perhatian pelaku pasar.
Laba bersih yang melebihi ekspektasi dapat memberikan dukungan bagi harga saham, meskipun tekanan eksternal seperti suku bunga global tetap membayangi.
Kebijakan Pemerintah Jadi Faktor Pendukung
Di sisi lain, pemerintah Indonesia berusaha menjaga stabilitas ekonomi melalui berbagai insentif fiskal. Proyek infrastruktur dan bantuan sosial dipercepat untuk menjaga daya beli masyarakat. Hal ini menjadi bantalan bagi sektor-sektor berbasis domestik.